Saya percaya, setiap orang diajarkan nilai-nilai
kebaikan sedari kecil. Ada ajaran untuk menolong sesama di semua agama. Dan bukannya tidak mungkin, setiap orang
pernah berkhayal menjadi seorang super
hero semasa kecilnya. Seseorang yang bisa menolong orang lain, atau bahkan
mengubah dunia. Bahkan saat sedikit demi sedikit nilai-nilai itu luntur oleh
tantangan dunia yang kejam, orang-orang pastilah merindukan kedamaian saat
berhasil melakukan kebaikan.
Sejumlah acara televisi dengan gagah berani
menayangkan profil orang baik. Mereka adalah para dokter, pengajar,
sukarelawan, dan orang-orang dermawan yang rela meluangkan waktu bahkan
menyisihkan kekayaan mereka untuk menolong orang lain. Semua tokoh bicara
tentang keberhasilan mereka menyebarkan kebaikan. Dan ini mengetuk nurani kita.
Sayangnya, melihat begitu glamornya kebaikan itu di
layar televisi, lama kelamaan berbuat baik identik dengan kelimpahan materi.
Hal ini didukung juga oleh tradisi-tradisi di beberapa ajaran agama. Saya
sendiri pernah menghadiri sebuah talk
show bersama seorang tokoh agama kondang. Saya langsung minder waktu lihat
acara lelang amal. Orang menyebutkan jumlah uang ratusan juta dengan mudah. Pemenang
lelang disambut meriah. Dan sayangnya, untuk orang yang kalau dapat ratusan
ribu saja sudah bersyukur, saya langsung merasa kalau menjadi orang baik itu
terlalu mahal.
Ada lagi pengalaman saya di perayaan-perayaan agama,
atau peresmian-peresmian tempat ibadah. Sudah menjadi tradisi kalau penyumbang
dana diukir namanya di prasasti. Dengan lantang, nama-nama penyumbang beserta
sumbangan akan disebutkan. Kali ini, sumbangan tidak hanya berupa uang, tapi
gedung dan tanah. Lagi-lagi, berbuat baik ternyata itu mahal. Kali ini pake banget.
Tapi meskipun demikian, saya tidak pernah kapok
melihat orang-orang baik. Satu kesempatan, saya bisa bertemu dengan founder www.tanganpengharapan.org. Tangan
Pengharapan sendiri adalah organisasi nirlaba yang bergerak untuk memberi
bantuan kepada orang-orang (terutama anak-anak) di pelosok Indonesia. Dari
makanan, pengajaran, hingga pengobatan. Berikut adalah dua paket yang ditawarkan oleh Tangan Pengharapan. Dua wilayah ini adalah beberapa wilayah yang terjangkau bantuan dari Tangan Pengharapan.
Sebagai sosok yang pernah masuk acara talk show terkenal—Kick Andy, sosok
Henny Kristianus bisa dibilang sederhana. Rambutnya dikuncir tinggi, dan Henny
mengenakan make up yang tidak
berlebihan. Dengan semangat berapi-api, Henny menggugah semua orang untuk
memulai misi kebaikan. Henny memaparkan prinsip-prinsip yang dia anut. Dengan
keras, Henny mengatakan kalau kebaikan Tuhan tidak perlu dikabarkan secara
abal-abal. Tuhan tidak membuat agama. Jadi, menolong pun seharusnya tidak
memandang orang itu dari suku apa, agama apa, ras apa. Apalagi didasari
motif-motif tertentu seperti menarik orang agar masuk agama kita.
"Banyak orang mengira, dengan menambah jumlah umat, maka itu sudah cukup. Padahal, seharusnya mereka juga memerhatikan pertumbuhan rohani jemaat mereka," ujar Henny.
Satu hal yang menarik, Henny tidak mengidentikan
kebaikan dengan uang ratusan juta, gedung, tanah, emas dan perak. “Hargailah
semua pekerjaan, sekecil apapun itu. Bahkan pembersih toilet pun memiliki andil
dalam menolong orang. Bayangkan jika anda baru melewati perjalanan jauh. Tubuh
anda lelah. Emosi anda naik turun. Lalu anda masuk ke dalam toilet yang luar
biasa bersih dan harum. Apakah anda tidak akan bersyukur? Demikianlah
sebenarnya pelayanan itu. Anda menjalankan peranan anda sebaik-baiknya.
Mengerjakan yang terbaik di bidang anda. Niscaya, anda akan memberkati orang
lain.”
Ternyata, bukan hal yang tidak mungkin menjadi
seorang hero. Semua orang bisa
menjadi orang yang mengubah dunia. Semua orang bisa menolong orang lain. Tidak
perlu menabung buat membeli gedung atau memenangkan lelang amal. Atau menarik
jemaat sebanyak-banyaknya masuk agama kita.
Berbuat baik itu sederhana: hanya mengerjakan semua
pekerjaan sebaik-baiknya, dan menolong tanpa pamrih, tanpa membeda-bedakan.
Catatan:
Untuk yang ingin berdonasi melalui Tangan
Pengharapan, bisa langsung mengunjungi situs www.tanganpengharapan.org.
Terima kasih untuk Henny Kristianus dan Yohanes
Kristianus atas waktu wawancaranya :)
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)