Putu Felisia : Blog Inspiratif untuk Kehidupan Sehari-hari

Selasa, 26 Juli 2016

Sinopsis dan Review Film Becoming Jane: Cinta yang Jadi Inspirasinya


Siapa tidak kenal Jane Austen?

Hingga kini, karya-karya Jane Austen masih menghiasi toko-toko buku di berbagai negara. Semua karyanya pernah difilmkan atau menjadi serial televisi. Banyak orang kagum dengan kepiawaian Jane mengolah cerita. Bagaimana sebenarnya perjalanan seorang Jane Austen dibahas di film ini.
 
Film Becoming Jane

 


Sinopsis:

Jane Austen adalah putri bungsu dari Pendeta George Austen. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis. Hal ini mencemaskan ibunya namun membuat ayahnya bangga.

Thomas Lefroy adalah seorang pengacara  dengan reputasi buruk. Thomas pergi ke desa dan bertemu Jane Austen. Jane tidak tahan dengan Thomas yang arogan. Dia juga banyak menolak pria-pria lain yang mencoba mendekatinya.
 
Thomas kemudian bertemu Jane lagi. Mereka berdebat. Hubungan ini berkembang menjadi ketertarikan satu sama lain. Thomas menunjukkan kalau dia menghargai aspirasi sastra Jane Austen. Mereka pun saling jatuh cinta.
 
Sayangnya, hubungan mereka terhalang oleh harta dan status sosial. Keluarga Thomas tidak memberikan restu. Mereka malah menjodohkan Thomas dengan orang lain.
 
Dua puluh tahun berlalu, Jane telah menjadi penulis sukses meski masih melajang. Thomas telah menikah dan memiliki seorang anak. Ketika Thomas bertemu lagi dengan Jane, Jane bertemu putri Thomas. Putri Thomas ini bernama Jane. Jane kecil ini menggemari karya-karya Jane Austen dan menutup film dengan membacakan Pride and Prejudice. 
 

Film Jane Austen


  
Review:
 
Pastinya, ada banyak sekali penggemar yang penasaran tentang kisah hidup Jane Austen.

Dalam film Becoming Jane ini, tokoh Jane Austen diperankan oleh Anne Hathaway. Sementara love interestnya—Mr Leroy—diperankan oleh James McAvoy, Si Profesor X dalam X-Men terbaru.
 
Ada banyak hal yang bisa dicatat dari film ini. Selain setting era Jane Austen yang benar-benar kental, penonton disuguhi banyak dialog-dialog cerdas dengan tata bahasa era Jane Austen. Palet warna yang indah sungguh memanjakan mata. Selain itu, kita juga bisa melihat bagaimana budaya masyarakat Inggris saat itu.

Tak berbeda dengan novel-novel Jane Austen, perjodohan dengan pria terbaik menjadi isu penting. Perempuan diharapkan menikah dengan pria mapan. Sementara pria yang tak memiliki banyak harta memerlukan perempuan yang bisa memberinya harta kekayaan.

Di film ini, Jane Austen sendiri jatuh cinta pada Tom Levroy. Seorang pria yang masih bergantung pada pamannya. Dilihat dari segi manapun, pernikahan ini tidak menguntungkan. Keluarga Jane memilih memihak pada Mr. Wisley. Yang digambarkan sebagai sosok canggung, padahal dia adalah pewaris kekayaan cukup besar.

Dari pihak Tom Levroy sendiri, ada paman yang menentang hubungan Jane dan Tom. Bagi Sang Paman, penulis adalah profesi menyedihkan. Dan paman Levroy juga menganggap Jane hanya pemburu harta yang ambisius.

Ending film ini sebenarnya agak mudah ditebak. Terutama bagi penggemar Jane Austen yang pernah membaca biografinya.

Bagi saya sendiri, film ini membawa kekuatan baru sebagai penyemangat para penulis. Menjadi jujur itu tidak mudah. Akan tetapi, Jane Austen membuktikan sendiri, semua kritik-kritiknya pada zaman menjelma menjadi kisah-kisah manis yang mengabadi. Meski Jane Austen sendiri tidak pernah mengalami happy ending seperti tokoh-tokoh novelnya.

Akhir kata, film ini cocok sekali ditonton oleh para penulis. Bagaimanapun, Jane Austen adalah panutan yang baik bagi pemimpi dan pengkritik seperti kita 😉
 

poster film becoming jane





Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)