Percayakah kamu bahwa reviewer bisa berperan dalam
pengambilan keputusan membeli sebuah buku?
Apakah kamu pernah membayangkan diri jadi penulis yang
bukunya review?
Seberapa sering kamu memberikan review miring kepada buku-buku
karya orang lain?
Nah, kali ini, saya mau sharing gimana memberikan review
yang obyektif. Maksudnya, menilai sebuah karya secara obyektif. Yang artinya
kamu boleh membeberkan kekurangan dan kelebihan buku secara gamblang. Tidak
perlu khawatir karena dasar-dasarnya kuat.
Oya, review dan resensi itu berbeda, lho… meski demikian, saya kali ini menggunakan istilah review saja. Karena istilah ini lebih
banyak dipakai sekarang. Mengenai beda resensi dan review, next time saya bahas ya π
Apa saja syarat-syarat review yang baik?
1. Menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Yang ini sudah pada tahu, dong. Nggak mungkin dong,
menulis pakai bahasa 4l4y nan bikin keki yang baca. Hahaha.
Contoh:
8uku3u J3l3k. *terus disantet yang baca*π
2. Menggunakan
bahasa yang sopan.
Tidak hanya karena itikad baik, secara nggak langsung
review bisa menunjukkan kualitas pembaca. Jangan sampai suatu saat kamu jadi
penulis lalu ditertawakan karena mendadak tidak berani mereview lagi (karena
takut ada yang balas dendam).
Contoh:
“Ini buku harusnya dibuang ke tempat sampah! Yang nulis
lebih bego dari doggy!”
(doggy jawab: enak aja bawa-bawa gue)
Terus pas bikin buku ada yang review:
“Idih, dulu ngereview punya orang semua dikatain jelek.
Padahal bukunya lebih jelek. Ah, teori aja banyak nih orang.”
3. Singkirkan
kata-kata “not my cup of tea”, atau “gue banget”.
Percayalah, menilai karya secara obyektif artinya bukan
memberi pendapat dengan selera pribadi. Jika kata-kata di atas ada dalam
reviewmu, itu artinya review sudah bersifat subyektif. Tidak relevan lagi.
Contoh:
Wah, gue pernah nih ngalamin ini. Suka sama buku ini.
(Terus yang nggak ngalamin kudu suka juga, dong?)
4. Ada
pembanding? Mengapa tidak?
Boleh kok mengambil beberapa buku lalu mengulasnya.
Misalnya: bilang buku ini kayak gaya Meg Cabot. Bedanya,
penulis mampu membuat… bla… bla… bla…
Atau mencomot beberapa teori dari para ahli.
Misalnya: buku ini menyinggung tentang fisika kuantum.
Menurut Niels Bohr blablabla…
5. Merekomendasikan?
Amal baik!
Kalau BigSist biasanya bakal kasih kalimat pamungkas:
buku ini cocok dibaca oleh penikmat kisah blablabla…
Kenapa? Karena BigSist percaya, mempromosikan buku
penulis lain bisa membuatnya bahagia. Plus, bisa jadi menambah rezekinya. Ini
adalah amal baik, bukan? Jadi menurut saya, bagus banget kalau kita bisa
membantu orang lain (penulis) berjualan.
6.
No
Spoiler
Yang ini pernah dibahas di #reviewmacam apa. Saya
percaya, nggak asik blas kalau baca review tahu-tahu dikasih tahu endingnya. Buyar dah kenikmatan kita
karena rasa penasaran.
Contoh:
Saya nunggu lupa buat baca buku Bones lagi.
Gara-garanya ada yang spoiler ntar Bones bakal … dan Vlad bakal…π‘π‘π‘
7. Kutipan
Quotes dan kesimpulan
Terakhir, review kita akan sangat berarti jika kita
mengutip salah satu quotes di buku. Artinya kita sudah baca bukunya secara
tuntas. Kesimpulan adalah apa yang kita dapat dari buku itu.
Sekian teori bikin review dari saya. Kalau ada tambahan, boleh banget dibagi ilmunya,
kaka-kaka…π
Have a nice day!
Kirang Langkung Ampurayangπ
dari sharing di Komunitas Novel Online Indonesia
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)