Putu Felisia : Blog Inspiratif untuk Kehidupan Sehari-hari

Senin, 15 Agustus 2016

Cara Menulis: Membuat Review Secara Obyektif


tips menulis review



Percayakah kamu bahwa reviewer bisa berperan dalam pengambilan keputusan membeli sebuah buku?

Apakah kamu pernah membayangkan diri jadi penulis yang bukunya review?

Seberapa sering kamu memberikan review miring kepada buku-buku karya orang lain?

Nah, kali ini, saya mau sharing gimana memberikan review yang obyektif. Maksudnya, menilai sebuah karya secara obyektif. Yang artinya kamu boleh membeberkan kekurangan dan kelebihan buku secara gamblang. Tidak perlu khawatir karena dasar-dasarnya kuat.

Oya, review dan resensi itu berbeda, lho… meski demikian, saya kali ini menggunakan istilah review saja. Karena istilah ini lebih banyak dipakai sekarang. Mengenai beda resensi dan review, next time saya bahas ya 😊

Apa saja syarat-syarat review yang baik?
 
1.       Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Yang ini sudah pada tahu, dong. Nggak mungkin dong, menulis pakai bahasa 4l4y nan bikin keki yang baca. Hahaha.
Contoh:
8uku3u J3l3k. *terus disantet yang baca*πŸ˜‚

2.       Menggunakan bahasa yang sopan.
Tidak hanya karena itikad baik, secara nggak langsung review bisa menunjukkan kualitas pembaca. Jangan sampai suatu saat kamu jadi penulis lalu ditertawakan karena mendadak tidak berani mereview lagi (karena takut ada yang balas dendam).

Contoh:
“Ini buku harusnya dibuang ke tempat sampah! Yang nulis lebih bego dari doggy!”
(doggy jawab: enak aja bawa-bawa gue)
Terus pas bikin buku ada yang review:
“Idih, dulu ngereview punya orang semua dikatain jelek. Padahal bukunya lebih jelek. Ah, teori aja banyak nih orang.”

3.       Singkirkan kata-kata “not my cup of tea”, atau “gue banget”.
Percayalah, menilai karya secara obyektif artinya bukan memberi pendapat dengan selera pribadi. Jika kata-kata di atas ada dalam reviewmu, itu artinya review sudah bersifat subyektif. Tidak relevan lagi.
Contoh:
Wah, gue pernah nih ngalamin ini. Suka sama buku ini.
(Terus yang nggak ngalamin kudu suka juga, dong?)

4.       Ada pembanding? Mengapa tidak?
Boleh kok mengambil beberapa buku lalu mengulasnya.
Misalnya: bilang buku ini kayak gaya Meg Cabot. Bedanya, penulis mampu membuat… bla… bla… bla…
Atau mencomot beberapa teori dari para ahli.
Misalnya: buku ini menyinggung tentang fisika kuantum. Menurut Niels Bohr blablabla…

5.       Merekomendasikan? Amal baik!
Kalau BigSist biasanya bakal kasih kalimat pamungkas: buku ini cocok dibaca oleh penikmat kisah blablabla…
Kenapa? Karena BigSist percaya, mempromosikan buku penulis lain bisa membuatnya bahagia. Plus, bisa jadi menambah rezekinya. Ini adalah amal baik, bukan? Jadi menurut saya, bagus banget kalau kita bisa membantu orang lain (penulis) berjualan.

6.       No Spoiler
Yang ini pernah dibahas di #reviewmacam apa. Saya percaya, nggak asik blas kalau baca review tahu-tahu dikasih tahu endingnya. Buyar dah kenikmatan kita karena rasa penasaran.
Contoh:
Saya nunggu lupa buat baca buku Bones lagi. Gara-garanya ada yang spoiler ntar Bones bakal … dan Vlad bakal…😑😑😑

7.       Kutipan Quotes dan kesimpulan
Terakhir, review kita akan sangat berarti jika kita mengutip salah satu quotes di buku. Artinya kita sudah baca bukunya secara tuntas. Kesimpulan adalah apa yang kita dapat dari buku itu.

Sekian teori bikin review dari saya. Kalau ada tambahan, boleh banget dibagi ilmunya, kaka-kaka…πŸ˜„

Have a nice day!
Kirang Langkung AmpurayangπŸ˜‰

dari sharing di Komunitas Novel Online Indonesia

 

Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)