Putu Felisia : Blog Inspiratif untuk Kehidupan Sehari-hari

Minggu, 02 Desember 2018

Wonderful Indonesia: Harmoni Bumi dan Manusia di Monkey Forest Ubud


Udara yang sejuk, hijau pepohonan, kera-kera yang bersantai di sepanjang jalan… semua menemani perjalanan saya di Ubud Monkey Forest. Satu dari tempat mempesona, WONDERFUL INDONESIA.



 Ada perasaan tenang dan damai saat saya memasuki tempat wisata yang berlokasi di Padang tegal, Ubud ini. Kekuatan alam spiritual, kekuatan alam semesta, serta kekuatan manusia penghuninya seolah menyatu dalam satu tempat. Berpadu dalam harmoni yang indah.


Pemandangan di gerbang masuk.
Foto: koleksi pribadi
Sebuah ajaran filosofi dalam masih dipegang oleh masyarakat Bali hingga saat ini. Tri Hita Karana. Dari asal kata: tri berarti 3, hita berarti kebahagiaan, karana berarti penyebab. Tri hita karana sendiri diartikan sebagai 3 cara mencapai kesejahteraan lahir dan batin. 3 cara ini adalah: menjaga hubungan dengan alam sekitar, menjaga hubungan dengan sesama manusia, serta menjaga hubungan dengan kekuatan alam semesta yang dimanifestasikan sebagai para dewa.

Welcome!
Foto: koleksi pribadi.

Hutan yang asri.
Foto: koleksi pribadi.


Upacara di Monkey Forest Ubud.
Foto: koleksi pribadi.

Di Monkey Forest Ubud sendiri, implementasi Tri hita karana diwujudkan dalam 3 pura yang dibangun di sini. Pura Dalem Agung yang terletak di barat daya merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa sebagai personifikasi sang pelebur. Pura Beji yang terletak di barat laut digunakan sebagai tempat pemujaan Dewi Gangga yang dikenal sebagai dewi kesuburan dan pembersih segala dosa. Sebagai tempat penyucian, upacara-upacara jelang piodalan atau penglukatan diadakan di pura ini.

Kolam ikan di Monkey Forest
Foto: koleksi pribadi.

Pura ketiga adalah Pura Prajapati yang terletak di sebelah timur laut. Pura ini adalah representasi Sang Prajapati yang diyakini sebagai kekuatan alam kosmis. Tak jauh dari pura ini, terdapat kuburan yang difungsikan untuk jenazah yang menunggu upacara ngaben massal yang diadakan 5 tahun sekali.


Karena merupakan kawasan suci, ada beberapa tempat yang tertutup untuk pengunjung umum. Pastikan Anda menanyakan pada petugas dan patuhilah peraturan.
Foto: koleksi pribadi.

Selain pura yang menjadi sentra penting kehidupan spiritual, kita juga dapat melihat kera-kera bali ekor panjang (Macaca fascicularis) di sepanjang jalan. Ada sekitar 600 kera yang tersebar di seluruh kawasan monkey forest. Mereka semua diberi makan setiap hari, tak lupa juga disuntik vaksin anti rabies. Karena setiap monyet telah divaksin, maka pengunjung tidak perlu khawatir akan bahaya rabies. Jika pengunjung tanpa sengaja terluka, pengunjung bisa langsung pergi ke klinik untuk menerima pengobatan.

Kera ekor panjang penghuni monkey forest merupakan hewan yang disucikan. Ritual untuk menghormati para kera ini diadakan pada hari Tumpek Kandang, yakni festival penghormatan untuk para binatang.

Tumpek Kandang ini diperingati pada hari Sabtu, tepatnya pada Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Uye di penanggalan kalender Bali. Pada hari Tumpek Kandang, diadakan persembahyangan bersama yang dipimpin seorang sulinggih. Tari topeng kemudian dipentaskan. Setelah itu, akan dibagikan telur-telur untuk para monyet. Wisatawan yang kebetulan datang diperbolehkan ambil bagian dalam pembagian telur-telur ini. 

Kera Bali ekor panjang.
Foto: koleksi pribadi

Sementara itu, penduduk juga menyembahyangi beberapa pohon di monkey forest. Pohon ini dianggap suci karena andil dalam sarana persembahyangan. Contoh: pohon majegan yang kayunya digunakan untuk membangun bangunan-bangunan suci, atau beringin yang daunnya digunakan untuk keperluan upacara ngaben. Ritual untuk menghormati pohon-pohon ini diadakan setiap hari Tumpek Uduh.


Tumpek Uduh sendiri diperingati pada hari Sabtu, tepatnya di Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga dalam penanggalan Bali. Tumpek Uduh memiliki filosofi tentang pentingnya tumbuh-tumbuhan bagi manusia. Karena itulah, manusia wajib berterima kasih atas jasa alam semesta yang memberi kekayaan melimpah ruah.


Pohon tua di Monkey Forest.
Foto: dokumen pribadi.

Di tengah modernitas zaman dan hiruk pikuknya kesibukan manusia, mengunjungi Monkey Forest Ubud ini seperti mengingatkan saya akan konsep dasar kehidupan. Kita lahir ke dunia tidaklah sekadar untuk bermain, belajar di sekolah, bekerja, menikah, menjadi tua sakit lalu mati saja. Ada hubungan-hubungan yang harus kita perhatikan dan jaga agar kita benar-benar mencapai kebahagiaan yang hakiki. Hidup mesra dengan alam sekitar, berbagi kasih dan sukacita dengan sesama manusia. Serta yang paling penting adalah… menjaga hati kita terhubung kepada Sang Khalik. Jangan sampai karena kesibukan, kita lupa bersyukur dan berbagi.



Ubud Monkey Forest adalah satu di antara segelintir tempat yang masih teguh menunjukkan filosofi dan keluhuran pemikiran masa lalu. Alam yang elok, adat istiadat yang kaya, budaya yang bijak, semua ini menunjukkan betapa indahnya Indonesia kita.

How wonderful Indonesia!
Foto: koleksi pribadi.


Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)