Putu Felisia : Blog Inspiratif untuk Kehidupan Sehari-hari

Sabtu, 09 Maret 2019

Yowamushi Pedal: Dorama Shonen Sports Pertama Yang Bikin Gagal Move On


“Kalau kamu jatuh, kami akan menopangmu. Begitu pula jika kami jatuh, kamulah yang akan menopang kami.”
Shingo Kinjou
 
Manga Yowamushi Pedal
Sumber foto: Wikipedia



Satu hal yang pasti: saya benci olah raga.
Hal berikutnya: saya tidak bisa naik sepeda.

Dua hal ini sebenarnya sudah cukup untuk membuat saya malas menonton Yowamushi Pedal. Akan tetapi, setelah beberapa kali tertipu dengan tema membosankan tapi eksekusi luar biasa sineas Jepang, saya kemudian memutuskan mencoba menonton drama yang ditayangkan oleh Waku Waku Japan ini.

弱虫ペダル
(Yowamushi Pedaru)

Poster Yowamushi Pedal Season 2
Sumber foto: Mydramalist.

Yowamushi Pedal adalah shonen--manga yang diperuntukkan untuk cowok, dengan genre olahraga (sepeda). Manga karangan Wataru Watanabe ini kemudian merupakan manga populer yang telah diadaptasi menjadi anime, live stage, dan juga dorama.

Diceritakan, Sakamichi Onoda merupakan seorang otaku (penggemar anime) yang kuper. Dia baru masuk SMA Sohoku dan meniatkan bergabung dengan klub anime di sana. Namun ternyata, klub itu sudah dibubarkan. Dalam perjuangannya membangun kembali klub anime, Onoda bertemu dengan Shunsuke Imaizumi. Nah, Imaizumi ini tanpa sengaja melihat kemampuan Onoda bersepeda dengan kecepatan tinggi. Akhirnya, mereka kemudian terlibat dalam sebuah tarung sepeda dengan taruhan: kalau Onoda bisa mengalahkan Imaizumi, maka Imaizumi akan masuk ke klub anime.

Tentu saja, dengan sepeda biasa yang telah dimodivikasi (agar tidak mampu meluncur jauh) Onoda tidak mampu menandingi Imaizumi. Akan tetapi, Imaizumi sadar, Onoda punya talenta. Dia kemudian meyakinkan Onoda agar bergabung dengan klub sepeda, alih-alih tetap memaksakan klub anime.

Dalam kebimbangannya, Onoda bertemu Shokichi Naruko—cowok otaku berambut merah yang senang bersepeda. Semangat Naruko kemudian menular pada Onoda. Dia akhirnya memutuskan bergabung dengan klub sepeda. Dan dari sinilah, perjuangan keras Onoda dimulai.

Onoda mengikuti kamp pelatihan yang sangat keras. Namun, kerasnya kamp tersebut tidak sebanding dengan kejuaraan nasional yang diikuti SMA Sohoku. Musuh-musuh berkemampuan luar biasa datang untuk bertanding. Dari SMA Hakone—juara bertahan yang memiliki pesepeda-pesepeda terhebat, SMA Kyoto Fushimi yang punya jagoan berkemampuan mengerikan, hingga SMA Hiroshima yang jagoannya licik dan bisa membuat barisan ‘penelan’ pesepeda.

Dalam 3 hari lomba yang begitu menegangkan, kekuatan, kerjasama, strategi, hingga keberuntungan, semua dikerahkan SMA Sohoku untuk menang. Satu persatu, pesepeda tumbang. Dan pada akhirnya, hanya satu seragam yang dapat maju berdiri di podium pemenang.





Seragam siapakah yang akan berjaya?

Nah, daripada keterusan spoiler, lebih baik saya lanjutkan dengan reviu saya saja xD

Dari awal menonton Yowamushi Pedal ini, saya sudah cukup deg-degan dan merasa mungkin hanya akan menonton 1-2 episode supaya ‘sekadar tahu’.

Siapa sangka, dalam setiap episode selalu ada keseruan, semangat, dan ketegangan, hingga akhirnya credit title ditayangkan. Lho, sudah bersambung, toh?

Waktu seakan terbang waktu nonton Yowamushi Pedal ini. Saya sendiri menanti-nantikan episode baru setiap hari, hanya untuk melihat pertarungan apalagi yang akan terjadi esok hari.

Dan memang, setiap pertarungan pesepeda digambarkan sangat dramatis. Bukan hanya CGI canggih, emosi, trauma dan masa lalu tiap karakter juga diceritakan dengan detail. Misalnya saja Midosuji (pesepeda Kyoto Fushimi) yang jahat rupanya punya pengalaman dirundung teman-teman sekolah karena hobinya bersepeda. Arakita yang pernah putus asa keluar dari klub bisbol, hingga Shinkai (Iblis Hakone) yang tidak bisa menyalip dari kiri karena suatu sebab.

Nilai-nilai persahabatan juga begitu kental dalam kisah ini. Bahkan ketika bersaing pun, mereka masih saling dukung dan tidak iri hati saat pesaing mereka menang.

“Omedetou (selamat),” begitulah kata-kata yang terlontar di tengah napas yang terengah-engah dan rasa kecewa karena kalah.

Jarang sekali, saya menemukan nilai-nilai ini ditanamkan dalam sebuah karya fiksi. Apalagi, ditambah sikap patriotik, sportif, atau penyesalan ketika melakukan tindakan di luar batas.

Tokoh Juichi Fukutomi misalnya. Setelah pernah menyebabkan kecelakaan pada Kinjo, dia menyesal dan meminta maaf. Setelah itu, dia menantang Kinjo untuk bertanding secara jujur. Sikap kesatria ini benar-benar menggugah hati saya.

Juichi Fukutomi, Fuku-chan yang kesatriaSumber gambar: Animenewsnetwork


Pada akhirnya, Yowamushi Pedal adalah sebuah tontonan yang padat, bergizi, sekaligus menghibur. Saya sangat mengapresiasi kerja keras sineas yang telah menghadirkan drama ini, juga para artis yang telah tampil maksimal dalam tiap episode. Akting mereka benar-benar menghanyutkan, terutama pemeran Midosuji yang bikin mual dengan gaya curangnya, hahaha.

I hate you, Midosuji xD ahaha
Sumber gambar: AnimenewsNetwork


Untuk yang sedang mencari tontonan menyegarkan yang bikin semangat, saya sangat merekomendasikan Yowamushi Pedal. Dorama ini akan terus bikin senyum dan gagal move on xD

Penulis:
Putu Felisia
Novelis dan blogger

Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

2 komentar:

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)