Putu Felisia: Blog Inspiratif untuk Kehidupan Sehari-hari
Selasa, 02 Juli 2019
Siapapun Kita, Mari Terlibat Membudayakan Literasi!
Saya
cukup bergembira saat tahu kalau pemerintah sekarang cukup peduli dengan
literasi. Bisa dibilang, di lingkungan keluarga saya sendiri masih belum paham
pentingnya kemampuan literasi. Masyarakat Bali sini (terutama di lingkungan saya) cenderung memiliki pola pikir
tradisional: masa depan generasi hanyalah mengacu kepada nilai rapor
dan ijazah yang dimiliki.
Padahal,
sebentar lagi Indonesia harus bersiap menghadapi dampak dari bonus demografi.
Buat yang belum tahu, bonus demografi adalah besarnya penduduk
usia produktif antara 15 tahun hingga 64 tahun dalam suatu negara.
Lonjakan jumlah penduduk usia produktif tentu akan mendatangkan berbagai dampak. Gambar dari situs berbagi pixabay.com.
Dikatakan, Jumlah
penduduk Indonesia selama beberapa tahun mendatang akan terus meningkat.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2018 lalu
jumlah populasi Indonesia mencapai 265 juta jiwa. Kemudian, pada 2024, angkanya
berpotensi meningkat hingga 282 juta dan sekitar 317 juta jiwa pada 2045.
Data
BPS 2018, jumlah generasi millennial berusia 20-35 tahun mencapai 24 persen,
setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif
(14-64 tahun). Tidak salah bila pemuda disebut sebagai penentu masa depan
Indonesia. Inilah yang disebut sebagai bonus demografi.
Tentu
saja, ada dampak positif dan dampak negatif yang bisa terjadi akibat
melonjaknya jumlah penduduk usia produktif ini. Anak tanpa kompetensi bisa
menjadi beban pembangunan bahkan beban dalam keluarga. Dalam hal ini, kalaupun
beruntung, anak yang bermodalkan ijazah semata hanya mampu melamar pekerjaan
kasar semacam cleaning service saja.
Banyak orang yang hanya bermodalkan ijazah diprediksi hanya mampu menjadi cleaning service. Gambar dari situs berbagi pixabay.com
Kemampuan literasi dan
kompetensi itu sangatlah erat kaitannya.
Sementara
literasi adalah kemampuan untuk
menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang kaya dan beragam untuk membaca,
menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, mewakili dan berpikir kritis tentang
ide. Literasi juga merupakan proses kompleks yang melibatkan pengembangan
pengetahuan dan budaya dan pengalaman sebelumnya untuk mengembangkan
pengetahuan baru dan pemahaman lebih dalam.
Ini perlu sekali dicatat:
Literasi itu bukanlah sekadar kemampuan membaca dan menulis.
Literasi
dalam konteks gerakan adalah kemampuan mengakses, memahami, mengelola, dan
menggunakan pengetahuan dan informasi yang dipilih secara cerdas.
Untuk
tahu lebih jauh tentang literasi, silakan lihat di tautan berikut:
Membangun
kesadaran akan pentingnya literasi ini tidaklah mudah. Perlu sinergi dan peran
serta guru/pendidik, orang tua, pegiat literasi, dan seluruh komponen
masyarakat.
Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat, dalam konteks pendidikan menjadi
lingkungan pembelajaran pertama dan utama bagi anak. Sangatlah penting untuk
memulai membudayakan literasi di dalam keluarga. Kesadaran orang tua tentang
pentingnya budaya literasi dapat menjadi faktor utama dalam menumbuh kembangkan
budaya literasi dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan literasi bagi
anak-anaknya.
Mari memulai budaya literasi di keluarga! Gambar dari situs berbagi pixabay.com
GERNAS
BAKU atau Gerakan Nasional Orang Tua Membaca Buku merupakan salah satu hal yang
bisa dilakukan di keluarga. Membaca merupakan pintu menuju literasi. Membacakan
buku untuk anak bisa membangun kebiasaan baik membaca, mempererat hubungan
emosi orang tua-anak, bahkan bisa menjadi ajang berdiskusi mengenai bacaan yang
sedang dibacakan. Dengan berdiskusi ini, orang tua dan anak sama-sama belajar
bagaimana mengolah informasi dan mengembangkan pengetahuan tadi.
Di
sekolah, guru-guru bisa memulai membaca lantang untuk siswa. Selain gerakan
membaca 15 menit yang dicanangkan pemerintah, guru-guru sebaiknya menerapkan
literasi pada pembelajaran, tidak hanya berpatokan pada hafalan, ulangan, atau
tugas yang hanya copy paste dari
google. Kalau bisa, guru juga sebaiknya memiliki kemampuan kreatif dalam
mengajar, misalnya dengan membuat mainan edukatif berbasis literasi. Dengan
demikian, baik guru maupun murid memiliki pertumbuhan daya literasi masing-masing.
Masyarakat
sendiri memiliki peranan besar dalam mendorong tumbuhnya daya literasi.
Masyarakat di sini juga termasuk para pegiat literasi, penulis, youtuber,selebgram, penyedia konten internet, dan lain-lain. Semakin besar
pengaruh kita ke masyarakat, semakin besar juga kita mampu mengajak masyarakat
berbudaya literasi.
Akan sangat
baik jika misalnya artis semacam Raffi Ahmad merekam kegiatan mendongeng untuk
Rafathar, alih-alih mengajarkan Rafathar mengerjai orang atau belanja mainan
mahal. Artis populer seperti Baim Wong pun, alih-alih memperlihatkan prank lucu-lucuan ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa—yang seharusnya tidak dijadikan
lelucon), lebih baik mempopulerkan kegiatan berkunjung ke perpustakaan, toko
buku, atau museum.
Tokoh berpengaruh lain seperti Atta
Halilintar mungkin bisa mempopulerkan kembali lagu anak-anak melalui kanal youtube-nya. Ria Ricis bisa melakukan
eksperimen ilmiah terkait edukasi literasi, bukannya mempraktikkan hal semacam
gunting squishy atau belanja squishy hingga jutaan rupiah.
Dengan
demikian, follower mereka pun
akhirnya tertular dengan kebiasaan baik mereka dan meniru membudayakan literasi
dalam kehidupan mereka.
Siapapun kita, kita bisa terlibat dalam gerakan literasi ini.
Mulai saja dari hal yang kecil. Misalnya menuliskan sesuatu yang edukatif di media
sosial kita.
Contoh:
Pengalaman dalam mengatasi anak tantrum bisa
membantu orang tua lain yang kebetulan memiliki masalah sama.
Pengalaman dan
pengetahuan bisnis juga bisa dituangkan dalam unggahan di Instagram, Facebook,
Twitter, maupun media sosial lain. Dengan membagi pengetahuan ini, secara otomatis kita membantu orang lain juga. Menyebarkan pengetahuan dan pengalaman tentu
akan sangat bermanfaat dan berpahala, bahkan lebih bermanfaat dari menebar kebencian dan
hoaks.
Mulailah menebar kebaikan di media sosial. Gambar dari situs berbagi Pixabay.com.
Untuk yang mampu secara finansial maupun penyediaan tempat, kita bisa mendirikan Taman Bacaan Masyarakat untuk
lingkungan sekitar mereka. Dengan demikian, orang-orang yang tidak memiliki
akses bacaan bisa membaca di taman bacaan mereka. Hal lain yang bisa dilakukan
misalnya dengan mengadakan acara di banjar/aula desa yang berkaitan dengan
literasi: mendongeng, pentas drama, pertunjukan wayang yang selain melestarikan
kebudayaan nusantara juga mengasah kreativitas warga.
Kegiatan mendongeng di Pustaka Manuela, Peguyangan, Denpasar. Gambar: dokumentasi Pustaka Manuela.
Lalu, untuk yang berprofesi sebagai seniman, kita bisa berkontribusi dalam penyediaan konten bermutu berbasis literasi: baik
itu melalui buku, tarian, musik, dan lainnya yang mendorong pertumbuhan daya
literasi.
Contoh
paling menarik adalah saluran Kok Bisa
di youtube yang menyediakan
pengetahuan dalam bentuk animasi yang menarik.
Kesuksesan
gerakan literasi bisa jadi sangat berpengaruh untuk masa depan dan
kesejahteraan anak-anak kita. Karena itu, marilah turut berperan serta dalam
membudayakan literasi dalam kehidupan sehari-hari kita.
Penulis: Putu Felisia (Novelis
dan blogger).
Narasumber: Wien Muldian
(Gerakan Literasi Nasional).
Right! Mari kita hidupkan gerakan literasi dr keluarga terkecil.lalunmenularkannya ke orang-orang sekitar. Moga lulus mbak, biar ke jakarta lagi. Saya belum nulis nih..mog kita bisa reuni lg.
Setuju banget nih Mbak, para influencer dan youtuber sebaiknya mengampanyekan gemar baca kan follower mereka anak-anak dan anak muda jadi bisa memotivasi para follower ya
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)
Seorang penulis novel dan lifestyle blogger, seorang beauty and health enthusiast yang suka berbagi tentang kehidupan.
Right! Mari kita hidupkan gerakan literasi dr keluarga terkecil.lalunmenularkannya ke orang-orang sekitar.
BalasHapusMoga lulus mbak, biar ke jakarta lagi. Saya belum nulis nih..mog kita bisa reuni lg.
Wah perlu dishare ke para yutuber itu kayaknya nih. Penting banget
BalasHapusSetuju banget nih Mbak, para influencer dan youtuber sebaiknya mengampanyekan gemar baca kan follower mereka anak-anak dan anak muda jadi bisa memotivasi para follower ya
BalasHapusSemangat...dimulai dari keluarga kita, yes.
BalasHapusDari keluarga semuanya berawal termasuk kebiasaan baik.
BalasHapus