Belakangan ini banyak sekali platform dan
lomba-lomba menulis yang diadakan. Tentu hal ini sangat menggembirakan. Apalagi
melihat minat menulis begitu luar biasa. Ada satu grup facebook yang hingga
kini ramai betul. Konon, yang posting bisa sampai ribuan. Sayangnya, meski
banyak sekali perkembangan di dalam media kepenulisan, hal ini tidak serta
merta menjamin kualitas penulis maupun tulisannya.
Saya pernah bergabung di grup heboh itu lalu
menemukan kalau grup itu tidak cocok dengan saya. Di sana, tulisan tidak
jauh-jauh dari sekadar uneg-uneg si pengunggah maupun hal-hal yang sekadar HIV
(Hasrat Ingin Viral). Topik-topik yang dipilih cenderung yang mainstream, minim
kreativitas, dan tentu saja EBI menjadi urusan kesekian. Kasarnya, ambisi
menjadi penulis begitu melekat pada kepopuleran. Dengan demikian, banyak
penulis memilih untuk ‘tinggal kelas’ dan tidak melanjutkan perjalanan untuk
bertumbuh dan semakin berkualitas.
Supaya tidak makin jauh ‘tersesat’ saya
mencoba membagikan apa saja hal yang menghambat pertumbuhan penulis. Hal-hal
itu adalah:
1. MINDSET MEMBACA HANYALAH
HOBI
Bagi penulis, membaca itu seharusnya menjadi
kebutuhan. Bukan sekadar hobi. Menganggap membaca hanya hobi bisa menjadi
pembenaran bagi orang yang ingin menjadi penulis tapi malas membaca.
“Namanya hobi, mana bisa dipaksakan,”
alasannya begitu.
Padahal, hasil tulisan didasari oleh jumlah
bacaan yang dikonsumsi. Semakin sedikit bacaan, maka tulisan cenderung miskin
dan dangkal.
|
Membaca itu kebutuhan, bukan hobi Gambar dari situs berbagi pixabay.com |
2. MENTAL BOSS
Senang menulis tetapi enggan riset.
Menulis dengan sangat berantakan. Maunya
semua diberesin editor.
Menanyakan syarat lomba yang sudah ditulis. Maunya
semua disuapin panitia.
Nah, kalau Anda masih memiliki mental bos
seperti di atas, jangan heran kalau karier nulis mandeg. Anda bukan
satu-satunya orang yang ingin jadi penulis. Ada banyak orang yang lebih rajin
dan berkemauan keras. Mereka inilah yang memiliki peluang berhasil lebih besar.
|
"Kalau saya yang ngedit, editor kerja apa?" (Pola pikirnya lebih gawat dari pola pikir bos penerbitan kaya raya) Gambar dari situs berbagi pixabay.com |
3. TAKUT GAGAL
Kegagalan adalah bagian dari proses menjadi
penulis. Gagal tertolak penerbit, gagal memenangkan lomba, atau gagal best
seller. Itu semua proses, tidak hanya dalam menulis tapi juga dalam kehidupan.
Penting sekali untuk tidak berputus asa!
|
Gagal bukan masalah. Tidak mencoba, barulah timbul penyesalan. Gambar dari situs berbagi pixabay.com |
4. NGIN SERBA INSTAN
Ingin cepat terkenal, mendapat uang, dan
lain-lain. Akibatnya menghalalkan segala cara termasuk plagiat atau mengobral
seks secara ekstrem.
Ingatlah, jadi penulis itu tanggung jawabnya
berat. Plagiator itu nggak ada bedanya dengan maling dan rampok yang
menggarong. Menjual hal-hal amoral juga akan sangat berat tanggung jawabnya.
Tidak hanya di dunia. Tapi, di akhirat juga. Bayangkan diri Anda menulis
tentang seks vulgar lalu di masa depan tulisan itu dibaca anak sendiri dan si anak terinspirasi mempraktikkannya ….
|
Dalam hidup tidak semua bisa semudah menyeduh mie instan. Gambar dari situs berbagi pixabay.com |
5. SOMBONG
Tuhan benci orang sombong. Kesombongan juga
tidak menghasilkan apa-apa selain kejatuhan. Yang ini saya sudah buktikan
sendiri.
Saya pernah mengalami masa di mana saya tidak
mampu menulis, kehabisan ide, dan merasa tulisan saya sangat buruk.
Ingatlah, semua yang kita miliki di dunia ini
hanyalah pinjaman. Jika suatu hari menghilang, penyesalan tidak akan ada
gunanya.
|
Kesombongan hanya akan mendatangkan kejatuhan. Gambar dari situs berbagi pixabay. |
6. MERASA SEMUA SUDAH CUKUP
Hal ini terkait dengan kesombongan. Merasa
kemampuan sudah mumpuni atau sudah cukup tenar hingga enggan belajar lagi,
enggan berkembang lagi, enggan mendengar saran, enggan menantang diri, dan
lain-lain.
Tentu saja, jika sudah masuk tahap ini,
jangan heran kalau tulisan lama kelamaan akan menjadi boring. Kadang kala malah
bisa sulit mencari ide, sulit menulis, dan akhirnya menggantung pena alias
berhenti menulis.
|
Ilmu tidak akan pernah habis. Kalau merasa cukup akan jadi malas. Gambar dari pixabay.com. |
7. LUPA ADA TUHAN
Ini sangat gawat. Sepenuhnya mengandalkan
kemampuan sendiri hanya akan mengecewakan. Bergantung pada manusia juga sama
mengecewakan. Meski kita berusaha sangat keras, ada faktor hoki yang sangat kita butuhkan untuk bertahan di dunia kepenulisan.
Sementara takdir naskah kita itu sepenuhnya berada di tangan Tuhan.
Kita tidak mungkin membuat naskah bagus tanpa
andil Tuhan.
Kita tidak mungkin membuat karya best seller
tanpa andil Tuhan.
Jadi, jangan lupa selalu berdoa dan andalkan
Tuhan :)
|
Semua hal yang terjadi atas seizin Tuhan. Gambar dari situs berbagi pixabay.com |
Demikian 7 hal yang bisa menghambat
pertumbuhan penulis. Sampai sekarang pun, saya masih berjuang untuk mengatasi
hal-hal yang dapat menjadi writer’s block
ini.
Apakah ada yang ingin menambahkan? :)
Penulis:
Putu Felisia
Novelis dan blogger
Thanks, Kakak infonya
BalasHapus