Pacaran? Juwi bilang, nggak pacaran pun kita
masih tetap happy.
Pacaran? Kata Rizal, pacaran itu bisa juga
dicoba dulu.
Pacaran? Menurut Halimah, semua jawaban itu
terserah padaku.
*
Berdiri di Jembatan Kedung Larangan, aku
menunggu dia. Kami sudah berjanji bertemu di sini. Suara truk, mobil, dan
kendaraan lalu lalang di belakangku. Bising. Kuhela napas Panjang. Aku harus
mantap. Inilah pilihanku: Pacaran, aku ….
Blurb di atas adalah blurb novel Pacaran, sebuah enovel premium yang
terbit di platform Cabaca. Buat yang belum tahu, Cabaca ini adalah platform
bergengsi yang mengkurasi tulisan para penulis untuk diedit dan dikemas
sehingga layak terbit. Jadi nggak ada ceritanya ada novel yang dibikin ngawur bisa
dipublikasikan di sini. Semua yang terbit sudah melalui proses seleksi ketat
dan proses editing dari editor profesional. Nah, novel Pacaran karya Lisma Laurel ini adalah salah satunya.
Hingga reviu ini ditulis, novel Pacaran telah 217.000
dibaca dan memiliki rating 4,5 bintang dari 113 suara. Bisa dibilang, novel ini memiliki rating
cukup tinggi dan banyak dibaca pembaca. So, bagaimanakah ceritanya?
Overall,
cerita ini membahas kehidupan seorang Ralin dari remaja hingga menikah dan
punya anak. Ralin ini disukai seorang lelaki bernama Badar. Sepanjang cerita,
kita disuguhi proses pedekate Badar
hingga bagaimana masa lalu Ralin mempengaruhi hubungan mereka.
Sebagai Juara 1 Lomba Menulis Indiva kategori
Cerpen Lintang, buah karya Lisma Laurel ini tampak cukup menjanjikan. Terlebih lagi
dengan kover kuning cerah dan gambar unyu-unyu, sangat khas teenlit yang lincah
dan ceria. Memasuki halaman pertama cerita, penulis langsung menyajikan adegan
di masa depan. Di mana Ralin tengah berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya
di masa itu. Membaca bagian pertama ini, saya langsung ingat novel 17 Years
Love Song karangan Orizuka. Di mana kedua penulis sama-sama menggunakan alur flash back dari masa dewasa ke masa
remaja untuk memancing keingin tahuan pembaca. Tentu, ini teknik breaking ice yang bagus. Sayangnya, dinamika
perpindahan waktu tidaklah cukup terasa di novel Pacaran ini. Kalimat dan
dialog tahun 2024 sama saja dengan kalimat dan dialog tahun 2010. Ralin remaja,
Ralin dewasa, tampak sebagai sosok yang sama. Tidak ada perubahan mindset atau perubahan usia yang
tersirat.
Sama seperti pada tokoh Ralin, perubahan waktu
juga tidak terasa pada karakter-karakter di sekelilingnya. Selain itu, membaca
novel ini dari awal hingga akhir membuat saya bertanya-tanya, di manakah spirit
teenlit yang tersirat di kover buku? Kalau saja cerita ini settingnya di tahun
1991, mungkin dialog dan diksinya sudah tepat. Di tahun 2010, meski bersetting
Bangil, beberapa dialog dan diksi sudah terlalu melankolis dan out of date, apalagi karakternya adalah
remaja belasan tahun. Beberapa plot juga malah mengganggu, alih-alih menguatkan
cerita. Misalnya saja, masalah penyakit jiwa yang terkesan terjadi secara instan
dan sembuh terlalu mudah.
Kalau saja penulis lebih menyederhanakan cerita
dan berfokus pada satu genre, saya
rasa cerita ini akan jauh lebih memukau. Tata Bahasa novel ini apik, rapi, dan
mengingatkan saya akan cerpen-cerpen Gadis sekitar 30 tahun lalu: bersih,
manis, dan mendatangkan debar-debar tertentu.
Semangat terus, Lisma Laurel. Ditunggu karya-karya
lainnya, lho ^^
Oh, ya, selain membaca Pacaran karya Lisma Laurel, kalian juga bisa membaca Beranda Kenangan karya saya. Di Beranda Kenangan, banyak masalah dan isu
tentang perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga dan pemerkosaan.
Kalau kalian punya reviu
tentang novel di Cabaca, silakan, lho … diunggah di medsos masing-masing. Jangan
lupa juga, kalau kalian merating dan memberi komentar langsung di novel, kalian
bisa mendapatkan kerang secara GRATIS. Makin banyak merating dan berkomentar,
makin banyak kerang, makin banyak bisa baca novel. Asyik, kan :D
Dukung terus penulis Indonesia dengan
menghargai karya-karya mereka, ya!
Cabaca, baca aja dulu ^^
Penulis:
Putu
Felisia
Novelis
dan Blogger.
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)