Beberapa orang tua memiliki
kecenderungan untuk menjadikan anak sebagai produk foto kopi mereka. Orang tua
ini menggantungkan impian dan harapan mereka dan menuntut anak meraih apa yang
dahulu tidak mereka raih.
Apakah sahabat termasuk jenis
orang tua seperti ini?
Hati-hati, lo. Bisa jadi,
tanpa sadar … sahabat telah menjadi toxic parent. Toxic parent adalah tipe orang tua sulit yang memiliki
kondisi mental tidak stabil atau terganggu kepribadiannya. Toxic parent juga
tidak memiliki kesadaran atau kemauan untuk mengubah pola didik. Karena bagi
mereka, apa yang mereka lakukan selama ini sudahlah benar.
|
gambar dari pixabay.com |
Ada beberapa tanda-tanda orang
tua yang dikatakan sebagai toxic parent:
1. Mengutamakan perasaan dan kepentingan
mereka di atas kepentingan anak.
Orang
tua seperti ini memiliki fokus pada diri mereka sendiri, dan selalu ingin
menjadi pusat perhatian.
2. Mengharapkan anak-anak sukses sesuai
standar orang tua.
Orang
tua seperti ini merasa kalau kesuksesan anak adalah cerminan dari
keberhasilannya sendiri. Keberhasilan anak-anak menjadi alat pamer dalam
hubungan sosial orang tua.
|
gambar dari pixabay.com |
3. Tidak suka anak diapresiasi orang lain.
Walau
kelihatannya mendukung anak, ada perasaan tersaingi saat melihat anak memiliki
kemampuan atau bakat lebih. Hal ini kadang mendorong orang tua untuk melakukan
kekerasan.
4. Memperlakukan anak hanya sebagai obyek dan
aset.
Sadar
tidak sadar, toxic parent berpikir, anak wajib membalas budi karena telah
dilahirkan dan dipelihara. Toxic parent beranggapan kalau anak-anak harus
berbakti dengan selalu menyenangkan mereka. Tidak jarang, sikap ini berlangsung
hingga anak-anak dewasa dan berkeluarga. Banyak toxic parents masih ingin selalu
dimanjakan dan didahulukan.
5. Tidak pernah melihat anak dalam posisi
benar
Tidak
peduli apa yang anak-anak mereka lakukan dan sekeras apa anak-anak itu mencoba,
anak-anak selalu salah di mata toxic parent.
6. Mengabaikan kebutuhan anak.
Orang
tua merasa, mereka telah tahu sepenuhnya apa yang diperlukan anak-anak. Karena
itu, anak-anak tidak diizinkan memiliki keinginan. Anak-anak bahkan tidak
diperbolehkan mengekspresikan emosi negatif, seperti menangis.
7. Selalu membuat suasana tegang.
Toxic
parent biasa menggunakan uang, rasa bersalah, maupun kekerasan untuk
mengintimidasi anak. Anak-anak selalu ditakut-takuti, bahkan setelah anak-anak
sudah dewasa. Tujuannya agar anak-anak selalu takut dan menurut pada orang tua.
8. Manipulatif.
Orang
tua mempermainkan pikiran anak-anak dan mengatakan kebohongan-kebohongan.
Tujuannya agar anak lebih mempercayai ucapan mereka dibandingkan fakta.
|
gambar dari pixabay.com |
9. Berusaha membuat anak-anak memaklumi
segala tindakan buruk orang tua.
Toxic
parent menjadi agresif saat kelakuan mereka ditentang atau dikomentari.
10. Selalu merasa, anak-anak merekalah yang membuat
masalah.
Toxic
parent menempatkan diri sebagai korban dari anak-anak mereka. Kadang, mereka
mengajak orang lain ikut menentang anak-anak mereka. Beberapa toxic parent
bahkan menganggap hidup mereka hancur setelah kelahiran anak mereka.
11. Melakukan sesuatu dengan pamrih.
Ada
syarat khusus untuk mendapatkan penghargaan bahkan kasih sayang. Tentu, syarat ini ada kaitannya
dengan menuruti dan memenuhi keinginan-keinginan orang tua.
12. Ingin berkuasa penuh atas hidup anak-anak.
Toxic
parent ingin memiliki otoritas penuh atas seluruh aspek kehidupan anak. Mereka
bahkan berusaha mengontrol pikiran dan perasaan anak-anak. Dengan otoritas ini,
mereka yang mengambil semua keputusan pada hidup anak-anak. Tak jarang, ada
orang masih tergantung pada orang tua mereka bahkan setelah mereka membentuk
keluarga baru.
13. Over kritik dan mengejek anak sebagai
lelucon.
Toxic
parent selalu menghina kelakuan anak dengan ejekan-ejekan, tuduhan, dan
komentar mempermalukan.
14. Tidak tahu batas-batas pasti.
Toxic
parent punya batasan inkonsisten. Terutama menyangkut privasi anak. Kadang,
anak-anak sampai tidak sadar bahwa orang tua sudah melampaui batas. Anak-anak
menjadi bingung apakah orang tua memang sedang menerapkan aturan, ataukah sedang
ikut campur kehidupan pribadi mereka.
15. Pilih kasih.
Toxic
parent kadang memiliki anak emas dan anak yang tidak mereka sukai. Tentu si
anak emas akan lebih mendapat kasih sayang. Sementara anak yang tidak sukai
akan diabaikan begitu saja.
|
gambar dari pixabay.com |
Sahabat, kini banyak orang
tidak siap menghadapi masalah apalagi kegagalan. Sebagian orang bahkan tidak
mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah. Tak jarang, mereka akhirnya
menderita depresi atau mengambil tindakan bunuh diri.
Jangan sampai, anak-anak
sahabat menjadi salah satu dari sebuah generasi frustasi. Pengalaman buruk di
masa kecil bisa terbawa terus di saat orang-orang beranjak dewasa. Karena itu,
ada baiknya sahabat mulai mengoreksi diri: apakah saat ini sahabat sudah
menerapkan pola didik yang tepat? Ataukah sahabat hanya meneruskan sebuah pola
didik yang sudah disfungsi?
Sumber
Referensi:
https://lifelabs.psychologies.co.uk/users/3881-maxine-harley/posts/18860-what-makes-a-parent-toxic
https://www.lifehack.org/350678/13-signs-toxic-parent-that-many-people-dont-realize
https://www.bustle.com/articles/109435-9-signs-you-have-a-toxic-parent
Tentang
Penulis
Putu Felisia adalah seorang
penulis yang sudah menerbitkan beberapa novel dan sebuah buku non fiksi. Pernah
terlibat dalam dunia broadcasting
sebagai penyiar, penyunting berita, penulis skrip dan operator sebuah siaran
reguler di sebuah stasiun radio di Bali.
Saya mengalaminya bahkan sampai sekarang. Benar saya masih bergantung kepada orang tua termasuk kebutuhan saya, anak2 dan suami. Namun saat saya mencoba untuk mandiri benar2 memenuhi kebutuhan saya sendiri,ortu justru takut jika saya tak lagi membutuhkan mereka.
BalasHapusToxic parenting ini ngefek banget ke inner child anak.
BalasHapusKalau ortu yang masih ngatur anak padahal si anak sudah berkeluarga apa termasuk toxic? Bisa aja dalihnya karena tidak tega anak sedih.