Putu Felisia : Blog Inspiratif untuk Kehidupan Sehari-hari

Jumat, 13 Desember 2019

Toxic Parent, Apakah Anda Salah Satunya?


Beberapa orang tua memiliki kecenderungan untuk menjadikan anak sebagai produk foto kopi mereka. Orang tua ini menggantungkan impian dan harapan mereka dan menuntut anak meraih apa yang dahulu tidak mereka raih.
Apakah sahabat termasuk jenis orang tua seperti ini?
Hati-hati, lo. Bisa jadi, tanpa sadar … sahabat telah menjadi toxic parent. Toxic parent  adalah tipe orang tua sulit yang memiliki kondisi mental tidak stabil atau terganggu kepribadiannya. Toxic parent juga tidak memiliki kesadaran atau kemauan untuk mengubah pola didik. Karena bagi mereka, apa yang mereka lakukan selama ini sudahlah benar.
Artikel ini pernah dimuat di saliha.id dengan judul: Awas, Ini 15 Ciri Toxic Parent yang Harus Anda Tahu (18 April 2018) 
Toxic Parent

 


Kekerasan pada anak
gambar dari pixabay.com

Ada beberapa tanda-tanda orang tua yang dikatakan sebagai toxic parent:

1.    Mengutamakan perasaan dan kepentingan mereka di atas kepentingan anak.
Orang tua seperti ini memiliki fokus pada diri mereka sendiri, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

2.    Mengharapkan anak-anak sukses sesuai standar orang tua.
Orang tua seperti ini merasa kalau kesuksesan anak adalah cerminan dari keberhasilannya sendiri. Keberhasilan anak-anak menjadi alat pamer dalam hubungan sosial orang tua.

Toxic parent
gambar dari pixabay.com


3.    Tidak suka anak diapresiasi orang lain.
Walau kelihatannya mendukung anak, ada perasaan tersaingi saat melihat anak memiliki kemampuan atau bakat lebih. Hal ini kadang mendorong orang tua untuk melakukan kekerasan.

4.    Memperlakukan anak hanya sebagai obyek dan aset.
Sadar tidak sadar, toxic parent berpikir, anak wajib membalas budi karena telah dilahirkan dan dipelihara. Toxic parent beranggapan kalau anak-anak harus berbakti dengan selalu menyenangkan mereka. Tidak jarang, sikap ini berlangsung hingga anak-anak dewasa dan berkeluarga. Banyak toxic parents masih ingin selalu dimanjakan dan didahulukan.

5.    Tidak pernah melihat anak dalam posisi benar
Tidak peduli apa yang anak-anak mereka lakukan dan sekeras apa anak-anak itu mencoba, anak-anak selalu salah di mata toxic parent.

6.    Mengabaikan kebutuhan anak.
Orang tua merasa, mereka telah tahu sepenuhnya apa yang diperlukan anak-anak. Karena itu, anak-anak tidak diizinkan memiliki keinginan. Anak-anak bahkan tidak diperbolehkan mengekspresikan emosi negatif, seperti menangis.

7.    Selalu membuat suasana tegang.
Toxic parent biasa menggunakan uang, rasa bersalah, maupun kekerasan untuk mengintimidasi anak. Anak-anak selalu ditakut-takuti, bahkan setelah anak-anak sudah dewasa. Tujuannya agar anak-anak selalu takut dan menurut pada orang tua.

8.    Manipulatif.
Orang tua mempermainkan pikiran anak-anak dan mengatakan kebohongan-kebohongan. Tujuannya agar anak lebih mempercayai ucapan mereka dibandingkan fakta.

gambar dari pixabay.com


9.    Berusaha membuat anak-anak memaklumi segala tindakan buruk orang tua.
Toxic parent menjadi agresif saat kelakuan mereka ditentang atau dikomentari.

10. Selalu merasa, anak-anak merekalah yang membuat masalah.
Toxic parent menempatkan diri sebagai korban dari anak-anak mereka. Kadang, mereka mengajak orang lain ikut menentang anak-anak mereka. Beberapa toxic parent bahkan menganggap hidup mereka hancur setelah kelahiran anak mereka.

11. Melakukan sesuatu dengan pamrih.
Ada syarat khusus untuk mendapatkan penghargaan bahkan  kasih sayang. Tentu, syarat ini ada kaitannya dengan menuruti dan memenuhi keinginan-keinginan orang tua.

12. Ingin berkuasa penuh atas hidup anak-anak.
Toxic parent ingin memiliki otoritas penuh atas seluruh aspek kehidupan anak. Mereka bahkan berusaha mengontrol pikiran dan perasaan anak-anak. Dengan otoritas ini, mereka yang mengambil semua keputusan pada hidup anak-anak. Tak jarang, ada orang masih tergantung pada orang tua mereka bahkan setelah mereka membentuk keluarga baru.

13. Over kritik dan mengejek anak sebagai lelucon.
Toxic parent selalu menghina kelakuan anak dengan ejekan-ejekan, tuduhan, dan komentar mempermalukan.

14. Tidak tahu batas-batas pasti.
Toxic parent punya batasan inkonsisten. Terutama menyangkut privasi anak. Kadang, anak-anak sampai tidak sadar bahwa orang tua sudah melampaui batas. Anak-anak menjadi bingung apakah orang tua memang sedang menerapkan aturan, ataukah sedang ikut campur kehidupan pribadi mereka.

15. Pilih kasih.
Toxic parent kadang memiliki anak emas dan anak yang tidak mereka sukai. Tentu si anak emas akan lebih mendapat kasih sayang. Sementara anak yang tidak sukai akan diabaikan begitu saja.

gambar dari pixabay.com


Sahabat, kini banyak orang tidak siap menghadapi masalah apalagi kegagalan. Sebagian orang bahkan tidak mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah. Tak jarang, mereka akhirnya menderita depresi atau mengambil tindakan bunuh diri.
Jangan sampai, anak-anak sahabat menjadi salah satu dari sebuah generasi frustasi. Pengalaman buruk di masa kecil bisa terbawa terus di saat orang-orang beranjak dewasa. Karena itu, ada baiknya sahabat mulai mengoreksi diri: apakah saat ini sahabat sudah menerapkan pola didik yang tepat? Ataukah sahabat hanya meneruskan sebuah pola didik yang sudah disfungsi?

Sumber Referensi:
https://lifelabs.psychologies.co.uk/users/3881-maxine-harley/posts/18860-what-makes-a-parent-toxic
https://www.lifehack.org/350678/13-signs-toxic-parent-that-many-people-dont-realize
https://www.bustle.com/articles/109435-9-signs-you-have-a-toxic-parent


Tentang Penulis
Putu Felisia adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan beberapa novel dan sebuah buku non fiksi. Pernah terlibat dalam dunia broadcasting sebagai penyiar, penyunting berita, penulis skrip dan operator sebuah siaran reguler di sebuah stasiun radio di Bali. 



Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

2 komentar:

  1. Saya mengalaminya bahkan sampai sekarang. Benar saya masih bergantung kepada orang tua termasuk kebutuhan saya, anak2 dan suami. Namun saat saya mencoba untuk mandiri benar2 memenuhi kebutuhan saya sendiri,ortu justru takut jika saya tak lagi membutuhkan mereka.

    BalasHapus
  2. Toxic parenting ini ngefek banget ke inner child anak.
    Kalau ortu yang masih ngatur anak padahal si anak sudah berkeluarga apa termasuk toxic? Bisa aja dalihnya karena tidak tega anak sedih.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)