Mengapa harus menebar kebaikan? Kebaikan tidak mengenal agama. Berbuat kebaikan melatih kita untuk menjadi manusia yang lebih menghargai hidup. Kita juga bisa melindungi diri dari pengaruh negatif.
Dalam semua agama, ada anjuran untuk memberi sedekah
kepada sesama. Agama Buddha menyebutnya
berdana,
agama Kristen menyebutnya
persembahan
diakonia, agama Islam menyebutnya sebagai
zakat. Zakat sendiri merupakan harta tertentu yang dikeluarkan
apabila telah mencapai syarat yang diatur sesuai aturan agama, dikeluarkan
kepada 8 asnaf (golongan) penerima zakat.
Apapun istilahnya dan apapun tujuan utama dalam berbagi kepada sesama ini, saya ingin berbagi cerita, sebenarnya apa, sih ... kebaikan
dari berbagi? Atau lebih jauh ... apa, sih, arti kebaikan ini dari sudut
pandang yang ditolong/dibantu?
Sebelumnya, saya ingin meminta maaf karena saya belum
sanggup berbagi cerita sebagai seseorang yang mampu memberikan sumbangan dalam
bentuk materi. Sampai sekarang, saya masih bergumul soal memberi sumbangan. Walau
ingin, saya masih harus banyak berpikir untuk membayar tagihan bulan depan,
biaya kebutuhan, hingga mama papa saya yang masih membutuhkan pertolongan di
sini.
Ya, saya kini tinggal dengan papa mama saya. Mereka
berdua sudah berusia enam puluh tahun lebih. Hidup kami sangat pas-pasan. Mama papa
sendiri harus bangun dini hari untuk memanggang satai. Di musim-musim sepi
begini, mama terpaksa menyambi jahit untuk modal membeli bahan. Maklum, retur
barang cukup membuat kami menangis.
Sayangnya, mama papa tidak mau difoto. Namun,
kira-kira inilah tempat mereka bekerja setiap hari.
Bisa dibilang, hidup saya penuh dengan jatuh bangun,
pahit manis, sejak saya menderita depresi hingga dipulangkan suami ke rumah
orang tua saya. Saya pernah marah. Saya pernah putus asa. Saya pernah ingin
bunuh diri. Berbagai perasaan itu berkecamuk dalam diri saya, terutama karena
saya dipulangkan dengan status tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki sumber
penghasilan pasti, dan tidak diberi tunjangan tetap.
Bayangkanlah hidup saya waktu itu, saya yang
sebelumnya hanya menjadi ibu rumah tangga, kini harus berjuang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Meski papa mama masih bersedia menampung, yang artinya,
saya tak perlu keluar biaya kos, saya tetap harus membayar semua pengeluaran
saya. Dari sabun mandi, deterjen, pembalut, lauk pauk, dan lain-lainnya.
Hinaan dan ejekan pun tak henti-hentinya saya terima.
Dari diceramahi “Hidup gue lebih berat dari elu aja gue nggak apa-apa”, “Udah
hidup enak kok nyari masalah aja”, sampai omongan, “Orang titip babi aja
dikasih uang pakan, lho” pernah saya dengar semua. Saya ingat, saat itu
sangatlah mudah menerima cercaan, tapi, untuk bantuan, tampak begitu jauh di
surga sana, tidak terjangkau.
Syukurnya, Tuhan benar-benar baik kepada saya. Hingga
kini, saya masih bisa bertahan hidup. Saya sehat, dalam arti, saya sudah tak
perlu mengonsumsi obat-obatan psikiater. Saya sangat berterima kasih atas
kebaikan Tuhan ini. Sayangnya, masalah dalam hidup memang selalu ada. Datangnya
pandemi Corona Covid-19 ini kembali mengguncang kehidupan saya. Buat saya, work from home atau social distancing tidaklah menjadi masalah. Yang jadi masalah
adalah pekerjaan penulis yang dulunya sudah sulit dicari, kini semakin susah
didapat.
Sebuah majalah daring yang berencana mempekerjakan
saya, mendadak ditunda peluncurannya. Bisnis novel fiksi juga kurang
menunjukkan prospek yang bagus. Sejak tutupnya sebuah platform, sangat sulit
mencari tempat yang bisa memberi bayaran memadai. Adapun tawaran atau lowongan
yang dibuka lebih banyak memberi bayaran rendah dengan tingkat kesulitan kerja dan
biaya operasional amat tinggi.
Saya sempat merasa sesak dan tak berdaya saat itu.
Saya terjepit, bingung, galau, dan tak tahu harus berbuat apa. Saat itulah
beberapa teman penulis yang kebetulan merupakan muslimah menghubungi saya.
Mereka menanyakan keadaan keuangan saya dengan amat sopan. Saya begitu terharu
hingga hampir menangis. Saya tahu, pekerjaan penulis bukanlah pekerjaan ‘basah’
dengan penghasilan luar biasa. Namun, entah bagaimana caranya, mereka
mengumpulkan uang untuk disalurkan kepada penulis-penulis seperti saya. Kalau
istilah mereka: ‘penulis yang tak mampu
menjemput rezeki’.
Buat saya, kebaikan mereka ini sangatlah berarti. Kebaikan
mereka menembus batas-batas agama atau ‘kebenaran’
yang kerap diceramahkan tokoh-tokoh agama. Sungguh indah ketika seseorang
melepas semua atribut identitas dan agama lalu berbuat baik hanya untuk berbuat
baik saja. Hingga kini, saya masih berterima kasih. Mereka bekerja diam-diam,
di balik layar, sama sekali tidak diliput atau diviralkan. Karena mereka, saya
mampu melanjutkan keberlangsungan hidup sementara menunggu adanya pekerjaan.
Banyak orang berbuat baik untuk menerima manfaat lain:
surga, menimbun pahala, menjadi terkenal dan viral, atau tujuan-tujuan lain. Namun,
buat saya, orang-orang seperti teman-teman penulis tadi sangatlah patut
diapresiasi. Mereka mengajarkan pelajaran amat berharga buat saya. Sekecil
apapun, kebaikan adalah kebaikan. Kebaikan ini telah menolong saya. Inilah arti
kebaikan bagi saya: pertolongan yang datang tepat pada waktunya.
Saya percaya, di luar sana juga masih banyak
orang-orang baik seperti teman-teman saya tadi. Lembaga Amil Zakat Dompet
Dhuafa juga menyediakan program Cegah Tangkal (Cekal) Covid-19. Salah satu bantuan
dalam program Cekal ini adalah pembagian sembako kepada kelompok rentan. Dompet
Dhuafa menyalurkan paket-paket sembako untuk mereka yang terdampak pandemi
covid-19. Mereka yang mendapat santunan diantaranya adalah: pekerja harian,
kelompok lansia, pekerja serabutan, pedagang asongan dan lain sebagainya.
Untuk teman-teman yang ingin ikut berpartisipasi,
kalian bisa langsung berdonasi ke: dompetdhuafa.org
Percayalah, bantuan kalian sangatlah berarti :)
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar
Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.
Berbagi kebaikan tidk akan membuat hidup menjadi sulit. Sebaliknya, dia akan membuat hidup lebih berkah. Semangat Kak Putu
BalasHapusTerima kasih. Semangaaat ^^
HapusSemoga selalu dikuatkan dan dilancarkan. Terima kasih remindernya utk terus berbagi
BalasHapusAmiiiin. Terima kasih juga untuk doanya ^^
HapusMenebar kebaikan tidak melulu melalui materi, Fel. Dengan membuat tulisan di blog ini adalah kebaikan juga, orang yg membaca artikel ini, sedikit banyak mendapatkan semangat atau diingatkan kembali untuk saling berbagi dengan sesama.
BalasHapusSalam kasih buat Papa dan Mama, semoga selalu diberi anugerah kesehatan dan kebahagian bagi seisi rumahmu.
Terima kasih banyak untuk doanya. Jadi terharu :')
HapusPuk puk Putfel. Setelah kesedihan akan ada kebahagiaan. Semoga kita semua diberi kekuatan dan keberanian untuk saling berbagi. Aamiin
BalasHapusTerima kasiiih. Peluuuuk ^^
HapusPeluuk, iya daku juga merasakan imbasnya, buku pending terbitnya, kerjaan blog berkurang drastis, semangat ya say Insya Allah ada jalannya..peluuuk...
BalasHapusYa Allah, Feeel... Peluuuuk.... Insya Allah kita kuat ya melewati keadaan ini.
BalasHapusSemoga sukses mbaak
BalasHapusTetap semangat, Mb Fel. Peluk 😘
BalasHapusTetap semangat mbak Felisa.
BalasHapusSemangat Kak Putu, semoga banyak menuai ide di kala sempit dan memanen hasilnya di saat yang tepat
BalasHapusUdah lama nggak blogwalking, eh nemu posting yang menginspirasi ini. Makasih dah berbagi lewat tulisan ini. Tetap semangaaat. Semoga badai segera berganti pelangi.
BalasHapusSemoga kita semua warga dunia, khususnya warga Indonesia dapat melewati masa ini dengan baik. Saya yakin bahwa setelah kesulitan, akan ada kemudahan. Tetap semangat Kak Felicia dan tetap berkarya!
BalasHapusMoga kita semua dikuatkan 😊
BalasHapusSemangat, Mbak. InsyaAllah semua akan berlalu
BalasHapusSemangat ya mba. Allah bersama orang2 yang sabar. Aamiin
BalasHapusBagus tulisannya 👍
BalasHapusSemoga selalu dalam lindunganNya ya Mbak. Semangat...
BalasHapusBagus tulisannya, mba Putu. Semangat terus yaaa
BalasHapusTetap semangat mbak Felisa.
BalasHapusTulisan yg mengharukan. Smg Felisia dan keluarga senantiasa di beriNya kekuatan. Aamiin.
BalasHapusSemangat mba.. smg semua dimudahkab
BalasHapusSemangat terus mbak, mudahan wabah covid ini segera berakhir dgn kita sebagai pemenangnya...sehat terus buat mama papanya mbak dan juga dirimu..peluk..
BalasHapusAinawaty