Sabtu, 20 November 2021
Kintamani adalah wujud nyata kebesaran Tuhan: panorama indah, gunung yang gagah, hingga bekas-bekas bencana alam yang mewujud dalam bebatuan hitam di sepanjang jalan.
Jika menyebut Kintamani, dalam memori saya akan muncul satu judul film lawas: Kabut di Kintamani. Saya sudah cukup lupa dengan detail film atau kisahnya. Yang saya ingat, Kintamani dijabarkan sebagai tempat mistis yang sering diselimuti kabut.
Kenyataannya, salah satu rekan relawan menjabarkan Kintamani sebagai wilayah yang cukup miskin. Kenyataan ini sungguh berbanding terbalik dengan panorama luar biasa yang ditawarkan oleh Gunung Batur dan Danau Batur yang terbentang begitu indahnya.
Meski saya orang Bali, saya belum pernah merasakan pengalaman langsung berada di tengah-tengah Kintamani. Saya hanya sempat melihat Kintamani di kejauhan, saat darmawisata SD dan saat ujian mata kuliah Tourism. Dua-duanya hanya singgah dan melihat-lihat saja.
Melihat Kintamani yang Sebenarnya
Beberapa waktu lalu, saat libur Galungan, akhirnya saya berkesempatan merasakan pengalaman di tengah-tengah Kintamani. Saat itu, saya dan keluarga berlibur di salah satu tempat kemping bernama Cabana Villa. Untuk menuju ke sana kami melewati jalanan yang berkelok-kelok dan berbatu-batu.
Seraya terguncang-guncang dalam kendaraan, kami bisa menikmati pemandangan-pemandangan di sisi jalan. Ada gunung, perkebunan, dan bekas-bekas lava yang membatu di atas tanah gersang.
Cabana Villa
Mama Mertua 😁 |
Cabana Villa yang kami tuju terletak di ujung sebuah jalan yang belum diaspal. Tanda penunjuk arahnya juga agak tersembunyi. Meski demikian, tempat peristirahatan ini cukup menyenangkan. Mereka menyediakan tenda kemping dan paviliun dengan satu kamar tidur, satu kamar mandi, dan teras depan.
Kolam renang di sini berair cukup hangat meski bagi saya masih kurang gereget mengingat airnya konon berasal dari sumber mata air panas alami, jadi saya sebenarnya menantikan rasa berendam dalam air belerang yang hangatnya merasuk ke badan, hahaha.
Saya juga berkesempatan mencicipi hidangan khas Kintamani di sini: mujair nyat-nyat. Konon, ikan di sini masih segar dan berasal dari Danau Batur. Karena itu, rasanya sangat istimewa. Sayur-sayuran di sini juga langsung diambil dari kebun dan hanya dibumbui minimalis hingga mempertahankan rasanya.
Malamnya, kami mengadakan acara barbeku dan api unggun. Acara ini cukup meriah dan menghidupkan suasana.
Kekurangan tempat ini mungkin hanya lalat yang berseliweran dan bau kol busuk yang menyengat. Maklum, Cabana Villa terletak di sebelah ladang kol. Mau tidak mau, sisa-sisa panen kol yang membusuk baunya tercium sampai ke sebelah.
El Lago: Modernitas di Tengah Alam
Hari ketiga, saya sempat mencicipi sarapan di sebuah bistro dengan latar belakang pemandangan alam. Selain pemandangan fantastis dan spot-spot foto instagramable, bistro ini juga memiliki pegawai-pegawai ramah dan cekatan yang bisa diminta bantuannya untuk memotret. Sip bangetlah, pokoknya.
Makanan di sini juga affordable. Saya memesan maki salmon dan kopi dengan harga yang terjangkau.
Mengintip Sisa Letusan Gunung Batur
Selain Gunung Agung, Gunung Batur juga pernah mengalami letusan luar biasa di masa lalu. Sisa-sisa letusannya ini kini dijadikan spot untuk berfoto ria. Bongkahan batu hitam yang tersusun alami menjadi daya tarik tersendiri yang memperindah obyek foto.
Kesan Terakhir
Kintamani, dari dulu hingga sekarang masihlah indah, memikat, dengan aura yang misterius. Beberapa tempat telah berubah menjadi modern dan berkelas. Namun, tempat lain masihlah sangat kusam dan terbelakang.
Semoga saja, Kintamani menjadi tempat yang lebih layak di masa depan dan tetap terjaga kelestariannya.
Penulis:
Putu Felisia
Novelis dan Blogger.
wah cerah, aku beberapa kali ke kintamani mendung dan hujan, ini keren dan pastinya asik, apalagi bisa turun ke dekan black lava
BalasHapusBeberapa kali ke Bali belum pernah tuh turun melihat dari dekat sisa letusan Gunung Batur. Biasanya dari jauh...
BalasHapusMenarik juga ya bisa jelajah smp ke bawah...
Trus makanannya juga enak-enak El Lago...
Menyenangkan sekali dapat menikmati keindahan alam Kintamani. Bikin sejuk di mata :))
BalasHapusSedih ya mbak saat tahu Kintamani ini masih sebagai wilayah yang cukup miskin. Padahal bisa memanfaatkan pariwisata untuk menunjang perekonomian penduduk sekitarnya
BalasHapusLagu lawasnya juga pernah disetel sama ayah dan paman daku, hehe. Jadinya tahu Kintamani ya dari lagu. Ah semoga suatu saat bisa ke sana
BalasHapusKeindahan Kintamani sudah terkenal sejak dahulu ya. Rasanya ingin lihat keindahannya secara langsung.
BalasHapusMungkin nanti saya akan cari tempat menginap yang tidak dekat dengan kebun kol, supaya gak bau busuk ya, hehehe
Keindahan alam di Kintamani, Bali ini sungguh bagaikan surga. Temenku yang lagi di Bali lagi sering bikin IG Story. Rasanya need Holiday and Vitamin-Sea banget deh..
BalasHapusIndahnya alam Kintamani. Apalagi ditunjang dengan fasilitas yang nyaman. Semoga makin menjadi wisata yang banyak digemari wisatwan lokal hingga mancanegara.
BalasHapusKintamani ini salah satu wishlist tiap ke Bali, semoga bisa kesana someday
BalasHapusSaya ingat foto di Kintamani.. anjingnya banyak bangeettt ya kaakk.. saya nggak pernah dekat anjing rasanya pengen digendong terus. Takuut
BalasHapusterakhir ke Kintamani itu masih zaman SMA. dan sekarang pasti sudah berubah banget ya Bali, pasti lebih menawan.
BalasHapusBali selalu emmikat hati siapapun yg mengunjunginya. Sy ke Bali dulu th 2015 dan selalu kangen dg pantainya. Kalau ke Kintamani blm pernah
BalasHapusAamiin! Belum pernah ke Kintamani dan semoga bisa kesana jugaa. dan pas kesana kelestariannya tetep kejaga asli seperti awalnya ya kak
BalasHapusah senangnya bisa jalan jalan
BalasHapuskalau aku sudah lama ga angkat ransel
masih besarin anak anak dulu
aduh jadi makin pengen ke bali nih mbak, yuk ah makin semangat nabungnya, jatuh cinta banget sama pemandangan di sana
BalasHapusseru banget mbak, cantik-cantik yapemandangannya, Bali emang gak ada yang failed deh hihi
BalasHapusJadi pengen liburaaan. Kapan ya bisa liburan dengan bebas tanpa masker. Biar asik kalau foto-foto.
BalasHapusPemandangannya bagus banget, tapi Bali memang surganya Indonesia ya. Kayanya semua spot di kota ini bagus2 semua deh. Bersyukur banget mbak Putu Felisia bisa tinggal di sana :)
BalasHapusSuasananya adem banget mbaa..
BalasHapusSemoga pankapan diriku bisa ke Kintamani. Btw nama daerah lucuuuu heheheh