Rabu, 31 Agustus 2022
Banyak orang tidak bahagia dalam kehidupan pernikahan. Ada yang tidak puas dengan pasangan, terlibat KDRT, dan lain-lain. Di tayangan televisi pun banyak kabar mengenai artis kawin cerai. Setelah itu, banyak yang akhirnya menyalahkan nasib. Padahal, bisa jadi sumber dari segala permasalahan ini hanya satu: alasan yang salah.
Lho, kok bisa salah? Yuk, langsung kita simak sama-sama.
Meski menikah merupakan target hidup hampir semua orang, tidak banyak orang yang tahu betul mengapa mereka ingin menikah.
Nah, Sahabat… supaya Sahabat berhati-hati, sahabat bisa menyimak beberapa alasan yang bisa menjerumuskan sahabat dalam pernikahan yang tidak bahagia:
1. Pemuasan Hasrat
Ini adalah alasan menikah yang paling berbahaya.. Banyak orang yang masih berpikir kalau menikah itu adalah legalitas hukum dan agama untuk berhubungan badan.
Berhubungan badan bukanlah satu-satunya tujuan menikah. |
Akibat terjebak dalam pernikahan jenis ini adalah perasaan yang lama-kelamaan menjadi tawar. Akhirnya muncul banyak masalah, dari pelakor hingga rumah tangga yang kering karena cinta konon telah memudar lalu hilang.
Terus setelah terjadi perselingkuhan, ngajakin orang bantai pelakor:
2. Ingin Hidup Bahagia Selama-lamanya
Dalam kisah-kisah fiksi, tokoh-tokohnya kebanyakan sempurna. Dari kecil pun, kita sudah dipengaruhi dengan dongeng Cinderella dan pangeran tampannya. Nggak jarang, ada yang mau pacaran atau menikah karena mendambakan keadaan “… and they lived happily ever after”.
Keracunan cerita fiksi dapat menimbulkan ekspektasi yang tidak realistis. |
Padahal, realita tidak seindah kisah-kisah fiksi. Semua rumah tangga memiliki permasalahan masing-masing. Kalau Sahabat ingin menikah karena alasan ini, sahabat bisa kecewa pada pasangan. Akibatnya, tentu hubungan itu akan jadi hubungan yang tidak sehat bahkan penuh dengan pertengkaran.
Perlu diketahui, hidup dalam rumah tangga bak neraka itu jauh lebih buruk dari hidup sendirian.
Tiga kisah mengenai pernikahan dari tiga penulis:
Perfect Wedding (Grasindo) bisa dibaca di sini.
3. Menikah Karena Butuh Dinafkahi
Baru-baru ini (tahun 2018), ada pro dan kontra tentang pernyataan “Kalau mau dinafkahin, nikah aja”. Pola pikir ini sangatlah patut diwaspadai. Masalahnya, keadaan ekonomi juga tidak selamanya stabil. Bagaimana kalau pasangan kita mendadak bangkrut atau (amit-amit) berpulang lebih dulu dari kita? Bagaimana kalau mendadak pasangan berpaling lalu meninggalkan kita? Membayangkan akibatnya saja sungguh mengerikan. Jadi, jangan, deh… menikah karena alasan ini. Akibatnya sudah jelas, Sahabat bisa terjebak kesengsaraan kalau mendadak terjadi hal buruk.
ada juga yang dinafkahin nggak, tapi dikatain beban hidup. |
4. Menikah Karena Butuh Dilayani
Yang ini sering terjadi di kalangan kaum adam. Kebanyakan ingin menikah karena membutuhkan orang yang mencucikan pakaian, memasakkan makanan, merapikan rumah, mengurus anak-anak, kalau bisa pasangan harus bisa mencari uang sekalian. Tentu saja ini akan mendatangkan ketidak puasan. Bagaimana pun, pasangan adalah manusia biasa yang tidak mungkin bisa bekerja terus menerus secara prima dalam waktu 24/7. Robot saja bisa rusak kalau diforsir penggunaannya.
Istri = ART gratis? |
5. Menikah Karena Paras Wajah
Ada seorang gadis yang bilang dengan yakin, “Kalau saya punya suami, mending sifatnya jelek daripada wajahnya yang jelek. Sifat jelek bisa diubah. Tampang jelek nggak bisa diapa-apain lagi.”
Benarkah ini? Oh, sayangnya… mengharapkan seseorang bisa berubah itu nyaris mustahil. Apalagi untuk laki-laki yang egonya tinggi. Belum lagi, sistem patriarki masih sangat kental di Indonesia. Perempuan masih diwajibkan untuk nrimo dan legowo. Mau punya pasangan tampan tapi mata keranjang atau suka main tangan? Boro-boro berubah, yang ada malah kita yang sakit hati.
Karena CEO tampan bucin cuma ada di cerita fiksi, Bestie |
6. Menikah Karena Tuntutan Lingkungan
Nah, yang ini gawat juga. Karena bosan menjomblo, bosan ditanya-tanya mana pacarnya, kapan kawin, terus umur juga makin gede… dipaksain lah buat suka sama siapapun yang kebetulan mendekati. Biarpun hati ini nggak enak, perasaan nggak nyaman, yang penting terlihat baik di lingkungan sekitar.
Aduh, kasihan banget. Kalau nanti muncul penyesalan, itu yang nanya-nanya nggak bakalan bantuin, lho. Alih-alih mengasihani, mereka akan jauh lebih nyinyir lagi. Intinya jangan terpaksa menikah karena tuntutan lingkungan. Kalau ada apa-apa, kita akan tetap berjuang sendirian.
Jadi jomlo memang gak enak, tapi lebih gak enak lagi nikah sama pasangan berperikeiblisan. |
7. Menikah Karena Ingin Memiliki Keturunan
Ada seorang sahabat yang mengatakan kalau kita ini hanya budak-budak generasi tua. Realitanya, banyak orang yang ingin punya anak tapi tidak siap jadi orang tua. Bukan hanya berakibat buruk bagi orang tua, anak-anak juga terancam menjadi generasi broken home. Sementara ayah dan ibu anak-anak ini akan terjebak dalam rasa tanggung jawab. Alih-alih memiliki kasih sayang pada anak, mereka cenderung menganggap anak sebagai beban, mengecewakan mereka, dan lain sebagainya. Pada akhirnya, muncullah kasus-kasus kekerasan terhadap anak hingga pembunuhan karena tidak kuat menahan diri.
Punya anak = tanggung jawab bertambah |
8. Menikah Karena Percaya Pernikahan adalah Solusi Semua Masalah
Di zaman serba instan ini, banyak orang menganggap menikah adalah cara menyelesaikan segala masalah. Hingga anak-anak sekolah pun sekarang bisa pengin cepat nikah. Alasannya semua akan beres kalau menikah. Padahal persoalan hidup justru bertambah banyak kalau menikah. Kalau dulu bermasalah dengan orang tua atau teman kantor saja, sekarang bisa jadi bermasalah dengan mertua, keluarga besar suami, dan lain-lain. Nggak jarang, orang ketiga dalam pernikahan bukan lagi pelakor, tapi provokator dari pihak sendiri maupun pasangan yang selalu bikin rumah tangga semakin runyam.
Pernikahan bukan Pegadaian, Bestie |
9. Menikah Karena Takut Terabaikan di Masa Tua
Yang ini masih berkaitan dengan keinginan memiliki anak, sih. Banyak yang menganggap memiliki anak dan suami satu-satunya cara bertahan di masa tua.
Daripada sendirian, mending menikah, ada yang disuruh-suruh. |
Sayangnya, niat ini tidak dibarengi dengan upaya dekat dengan anak-anak dan mengasihi mereka sepenuh hati. Ya, gimana lagi… mengurus anak, mengasuh anak, mendidik anak itu menguras pikiran dan emosi. Belum lagi karakter tiap anak berbeda-beda. Nggak jarang, orang tua menganggap kalau memenuhi kebutuhan batin anak-anak ini tidak sepenting memenuhi kebutuhan materi mereka.
Akhirnya, saat tua anak-anak hanya mengingat saat ingin minta warisan. Boro-boro mau mengurus.
Toxic Parent,
Nah, itu dia 9 alasan salah untuk menikah. Taruhan untuk sebuah pernikahan itu seumur hidup, lho. Pasangan adalah orang yang akan menemani dan mendampingi setiap hari. Jadi ada baiknya kalau sahabat menikah karena didasari kesiapan dan hati yang tulus.
(pernah dimuat di Saliha.id, tahun 2018)
Semoga setiap orang yang menikah sudah paham dengan apa yang akan dijalani serta konsekuensinya.
BalasHapusYa menikah itu untuk seumur hidup, kudu mempersiapkan diri menghadapi segala konsekuensinya. Tapi bukan berarti harus parno juga. Keyakinan bahwa ada kemudahan di setiap kesulitan juga akan membuat hidup lebih mudah...
BalasHapusSetuju. Menikah itu harus dipertimbangkan baik-baik. Salah pilih pasangan maka akan menyesal seumur hidup.
BalasHapusjangan sampai salah memilih hingga salah melangkah, mantapkan hati karena menikah kiranya sekali dalam seumur hidup.
BalasHapusAwalnya kita membayangkan hal yang indah-indah saat pernikahan. Namun ditengah jalan badai pernikahan itu menghantam. Sampai akhirnya kita sadar kehidupan itu tidak bisa berjalan mulus, demikian juga dengan pernikahan. Hanya pasangan yang tahu arah dan tujuan pernikahan itu yang bisa bertahan hidup, karena sebenarnya susah ya menyatukan dua sifat manusia yang berbeda kalau tidak dari kita sendiri yang menyadarinya.
BalasHapusSemoga yg belum menikah bisa membaca ini ya.. Apalagi sekarang banyak yg menikah muda.. Semoga mreka bisa lebih dewasa untuk pikirannya dan tidak terbawa emosi sesaat.. Karna menikah itu hanya sekali dan harus kita pertahankan dan jaga sebaik"nya..
BalasHapusMenikah itu butuh perjuangan memahami pribadi pasangan yang sudah terbentuk jauh sebelum bertemu. Alasan menikah kudu jelas agar kuat menjalani dan gak merasa salah pilih di tengah jalan ya.
BalasHapusjika sudah siap secara mental, psikologis dan raga serta memang sudah mendapat pasangan yang cocok tentu ini waktu yang tepat untuk menikah. Jangan hanya karena paksaan orang sekitar atau bahkan hanya termakan omongan. Bisa jadi ngga bahagia nanti
BalasHapusPastinya setiap orang memilih menikah karena berbagai alasan ya, Mbak. Baik datang dari diri sendiri, maupun dari lingkungan. Seperti desakan orang tua yang ingin segera punya momongan, termasuk bisik-bisik tetangga hehehe.
BalasHapusJadi bagusnya menikah karena memang keinginan sendiri dan pasangan pilihan sendiri, dengan komitmen akan seiring sejalan menjalani bahterah rumah tangga.
Memang harus meluruskan niat ya kak menikah itu atas dasar apa. Noted nih masukan buat daku
BalasHapussetuju banget nih, harus jelas sih visi dan misi waktu memutuskan menikah bersama pasangan, krn menikah gak seindah kaya sinetron stripin or drama korea uwu2 hihi
BalasHapusbenar banget nih, menikahlah saat udah siap dan jangan karena terburu-buru dikejar umur, dsbnya karena menikah bukan ajang kejar-kejaran atau saing-saingan, menikah untuk sekali seumur hidup (harapannya) dengan orang yang tepat dan benar-benar cocok dengan kita.
BalasHapusHahaha alasan menikah karena butuh dinafkahi itu biasanya jadi guyonan kami pas kuliah mba wkwkwk. Anak2 selalu bilang, kalo capek belajar buruan nikah enak tinggal nerima duit wkakakaak. parah banget emang, padahal itu tujuan yg salah sebneernyaa >.<
BalasHapusWah kerenn pernah dimuat di majalah ya. MasyaAllah.. kalo dari hadits sendiri yg dipilih dari wanita itu ada 4 alasan..sedangkan orang tua si wanita boleh menyerahkan wanitanya kepada pria juga ada syaratnya... dan ujian orang menikah itu adaaa ajaa..
BalasHapusAlasan-alasan yang membahayakan ya... Makanya kemarin pas ada anak sekolah yang bikin status cape sekolah, pengen nikah aja dan jadi ibu rumah tangga, saya cuma senyum-senyum... Dikiranya nikah itu solusi semua masalah kali ya...
BalasHapusMenikah emang bener bener harus dari diri sendiri, jgn menikah karena orang lain atau lingkungan, penting sekali untuk siapkan diri sendiri sebelum menikah
BalasHapusmenikah itu perjalanan seumur hidup ya kak, jangan sampe asal-asalan dan emosi sesaat aja
BalasHapussetuju mba, menikah itu butuh kesiapan lahir batin, namanya hidup bareng gak selamanya indah atau damai, kadang berliku yang butuh kesabaran :)
BalasHapusMenikah dengan niat yang baik dan tujuan ke depannya demi kebaikan bersama.
BalasHapusSenang sekali hidup bersama seseorang yang tidak sama dengan diri kita, tapi setangkup. Sehingga bisa merasakan pasang-surut yang memang pasti mewarnai kehidupan pernikahan.
Semoga selalu dimudahkan melewati ujian dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.
dulu pas udah mentok sama skripsi, aku sama temen biasanya guyon "pengen nikah aja deh" hahahaha tapi setelah dijalani memang menikah itu butuh banyak kesiapan ya, nggak bisa asal karena pengen aja
BalasHapusAda seseorang yang pernah bilang padaku, bahwa menikah itu ibarat pergi berperang. Tidak bisa mundur setelah memutuskan memulai.
BalasHapusBetul banget sih 9 alasan di atas. Kalaupun sudah kadung menikah karena 9 alasan di atas.. PRnya adalah bagaimana meluruskan niat menikah. Sehingga rumah tangga tetap bisa berjalan penuh kebaikan. Tentunya diperlukan kesalingan dan sadar diri pada setiap pasangan untuk terus mau belajar.
BalasHapusmemang sih kadang ada beberapa alasan di atas yang menjadi alasan seseorang untuk menikah. tapi dalam perjalanannya kadang kita pun mulai belajar lagi tentang arti dan tujuan pernikahan itu dan bisa memberikan pandangan bagi mereka yang belum menikah
BalasHapusNah banyak anak sekolah dan anak kuliahan yang pengen nikah aja karena merasa itu bagian dari solusi dalam masalah. Eh ternyataaaa tidak semudah itu Ferguso wkwkwk.
BalasHapusSetuju banget ini. Jangan sampai karena alasan-alasan itu akhirnya ketika tak tercapai, lantas berubah menjadi alasan untuk berpisah.
BalasHapusManikah seyogyanya menjadi kontrak seumur hidup. Jangan sampai jadi penyesalan
Menikah itu ibarat berangkat perang. Pantang mundur atau balik kanan. Oleh karena itu, mantapkan tekad sebelum menuju penghulu.
BalasHapusKalau dipikir2 ternyata aku bingung juga dengan alasanku menikah. Ngalir aja intinya pengen hidup bersama dia di sisa hidupku.
BalasHapusMakanya kenapa perceraian itu gampang terjadi, ya Krn blm pada siap sebenernya ya mba. Aku pernah gagal di pernikahan pertama, dan aku akuin kami berdua masih sangaaaat sangat belum siap sbnrnya. Masih sama2 egois. Dan akhirnya terpaksa cerai solusi terbaik.
BalasHapusMakanya aku belajar dari pengalaman pertama. Pas ketemu pak suami, ga mau lagi mikir pake perasaan. Harus logika dan akal yg jalan. Hrs sama2 bisa dewasa dan mau ngalah. Toleransi udah tertanam. Apalagi kalo beda karakter. Tanpa toleransi satu sama lain, ga bakal bisa bertahan suatu pernikahan.
Emng bener kak, jadi kita harus matang karena pernikahan bukan dari nafsu atau paksaan
BalasHapusSetuju sih, karena pada kenyataannya menikah itu bukanlah menjadi solusi untuk menginginkan hidup yang bahagia, nyatanya akan menambah masalah baru apabila tujuan dari pernikahan itu sendiri sudah salah dari awal. Thanks ka sudah sharing
BalasHapusPadahal menikah tidak sesimpel apa yg dipikirkan ya hehe. Sangat2 perlu belajar tentang menikah itu apa..
BalasHapusSatu lagi, menikah karena tuntutan orang tua. Banyak tuh ortu yg meminta anaknya segera menikah.
BalasHapusJangan sembarangan menikah, menikah itu ibadah, tidak boleh asal - asalan. Dan 9 alasan salah di atas ada benernya. Selama ini kita menganggap kalau menikah bs menyelesaikan masalah, yang ada malah timbul masalah baru
BalasHapusBanyak yang meragu menikah karena alasan-alasan yang sebenarnya banyak sekali kemungkinan yang terjadi sepanjang perjalanan hidup ini. Maka untuk memilih pasangan hidup yang selalu seru dan asik untuk menemani hari tua. Kalau untuk menemani hari tua, aku agaknya percaya sih.. Hehhe, soalnya rasanya ingin sekali gak sendiri saat sudah tua yaa.. Karena paham betul anak-anak mungkin menjalani kewajiban mereka bersama keluarga mereka, kelak.
BalasHapus